JATIMTIMES - Perempuan, khususnya para ibu, menempati posisi sentral dalam denyut kehidupan Kelurahan Merjosari, Kota Malang. Minggu, (21/12/2025), peringatan Hari Ibu 2025 tidak hanya dirayakan melalui kegiatan jalan sehat dan lomba merangkai hampers produk UMKM unggulan RW se-kelurahan, tetapi juga menjadi ruang refleksi atas peran ibu yang melampaui sektor ekonomi, menyentuh pendidikan anak, ketahanan keluarga, hingga stabilitas sosial masyarakat.
Kegiatan yang melibatkan seluruh lembaga kemasyarakatan, mulai dari RT/RW, badan permusyawaratan kelurahan (BPK), karang taruna, KROSI, KIM, hingga Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) itu menunjukkan satu benang merah: keberlanjutan gerak kelurahan bertumpu pada kontribusi perempuan.
Lurah Merjosari Muhammad Saiful Arif menegaskan bahwa peran ibu-ibu di wilayahnya tidak bisa dilihat secara parsial. Selain menjadi tulang punggung ekonomi melalui UMKM, para ibu juga menjadi fondasi utama dalam pembentukan karakter dan pendidikan anak di lingkungan keluarga.
Baca Juga : Tak Sekadar Kunjungan, Lapas Perempuan Malang Perkuat Ikatan Ibu dan Anak Warga Binaan
“Ibu-ibu ini bukan hanya menggerakkan ekonomi. Mereka juga pendidik pertama bagi anak-anaknya. Dari rumah, nilai disiplin, etika, dan kepedulian sosial itu ditanamkan,” ujarnya.
Menurut Arif, kualitas pendidikan anak di tingkat keluarga sangat ditentukan oleh kehadiran dan keterlibatan ibu. Dalam banyak kasus di Merjosari, ibu berperan aktif mendampingi proses belajar anak, memastikan kebutuhan pendidikan terpenuhi, sekaligus menjadi penghubung antara keluarga dan lingkungan sosial.
Peran tersebut berjalan beriringan dengan tanggung jawab ibu dalam menjaga harmoni rumah tangga. Saiful menilai, dukungan emosional dan manajerial yang diberikan ibu kepada suami memiliki dampak langsung terhadap stabilitas ekonomi dan sosial keluarga.
“Di rumah, ibu mendukung suami bukan hanya secara moral, tapi juga dalam pengelolaan keluarga. Ketika rumah tangga stabil, dampaknya terasa sampai ke masyarakat,” katanya.
Ia menyebut, kekuatan sosial Merjosari lahir dari keluarga-keluarga yang sehat secara relasi. Dalam konteks ini, ibu menjadi simpul utama yang menghubungkan peran domestik, sosial, dan publik tanpa harus mengorbankan salah satunya.
Di tingkat kelurahan, dominasi peran perempuan juga terlihat jelas dalam struktur lembaga kemasyarakatan. Saiful mengungkapkan bahwa sebagian besar penggerak kegiatan berasal dari kalangan ibu-ibu. TPPKK, kelompok kerja, hingga komunitas sosial dan literasi banyak dikendalikan oleh perempuan dengan pembagian peran yang solid dan terstruktur.
Baca Juga : Batik dan Kenangan: Hari Ibu yang Dikenang Wali Kota Malang Lewat Karya Istri
“Bidang pendidikan, kesehatan, UMKM, hingga keagamaan semuanya digerakkan oleh ibu-ibu melalui TPPKK dan Pokja. Ini kerja kolektif yang nyata,” jelasnya.
Ia menilai, keberhasilan program-program kelurahan tidak lepas dari kemampuan ibu-ibu mengelola waktu dan peran ganda secara efektif, sebagai pengelola rumah tangga sekaligus aktor pembangunan sosial.
Saiful berharap peringatan Hari Ibu tidak berhenti sebagai simbol, melainkan menjadi penguatan kesadaran bersama agar peran perempuan terus dijaga dan dihargai. Ia menekankan pentingnya memastikan ruang partisipasi ibu tetap terbuka dan didukung secara berkelanjutan.
“Peran ibu jangan sampai luntur. Mereka penopang keluarga, pendidik generasi, sekaligus penggerak ekonomi dan sosial. Kalau ibu kuat, kelurahan juga kuat,” pungkasnya.
