JATIMTIMES - Pemerintah Indonesia tengah bersiap mengganti Liquefied Petroleum Gas (LPG) dengan Dimethyl Ether (DME) sebagai sumber energi rumah tangga. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor LPG sekaligus mendukung program energi bersih nasional.
Mengutip situs resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), DME memiliki karakteristik fisika dan kimia yang sangat mirip dengan LPG. Karena itu, infrastruktur LPG yang sudah ada seperti tabung, tempat penyimpanan (storage), dan sistem distribusi dapat digunakan kembali untuk DME dengan sedikit penyesuaian teknis.
Baca Juga : Yudisium XX Unisba Blitar: 699 Sarjana Siap Hadapi Transformasi Digital
Apa Itu DME?
Dimethyl Ether (DME) adalah senyawa eter paling sederhana dengan rumus kimia CH₃OCH₃. DME berwujud gas pada tekanan dan suhu normal, serta memiliki proses pembakaran yang lebih cepat dan bersih dibandingkan LPG.
Dengan sifatnya yang mudah terbakar, DME sangat potensial sebagai bahan bakar substitusi LPG untuk kebutuhan rumah tangga. Selain itu, DME juga digunakan di beberapa negara lain sebagai bahan bakar transportasi dan pembangkit listrik ramah lingkungan.
Menurut data Kementerian ESDM, kandungan panas (calorific value) DME mencapai 7.749 Kcal/Kg, sementara LPG memiliki 12.076 Kcal/Kg. Artinya, dalam perbandingan energi, 1 kg LPG setara dengan sekitar 1,6 kg DME. Meski begitu, DME memiliki massa jenis lebih tinggi, sehingga tetap efisien digunakan dalam sistem distribusi gas tabung. Berikut perbandingan antara DME dan LPG secara berurutan:
1. Kandungan panas
DME memiliki kandungan panas sebesar 7.749 Kcal per kilogram, sedangkan LPG mencapai 12.076 Kcal per kilogram. Dengan demikian, untuk menghasilkan panas yang sama, dibutuhkan sekitar 1,6 kilogram DME setara dengan 1 kilogram LPG.
2. Emisi karbon dioksida (CO₂)
Setiap penggunaan LPG menghasilkan sekitar 930 kilogram CO₂ per tahun, sementara DME hanya menghasilkan sekitar 745 kilogram CO₂.
Artinya, DME mampu mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 20%, sejalan dengan upaya global menekan polusi udara.
3. Kandungan sulfur
DME tidak mengandung sulfur sama sekali, sedangkan LPG masih mengandung sulfur dalam kadar tertentu yang dapat menimbulkan jelaga atau polusi ringan.
Dengan ketiadaan sulfur, pembakaran DME menjadi lebih bersih dan aman untuk peralatan dapur maupun lingkungan.
4. Warna dan stabilitas nyala api
DME menghasilkan nyala api berwarna biru terang dan stabil, menandakan proses pembakaran sempurna tanpa menghasilkan asap atau jelaga.
Sementara LPG umumnya menghasilkan api kekuningan kebiruan yang kadang kurang stabil, terutama pada kondisi tekanan rendah.
5. Dampak terhadap lingkungan
Baca Juga : Daur Ulang Jadi Berkah: Tim Sakaresek STIE Malangkucecwara Sulap Tutup Botol Jadi Aksesori Bernilai
DME jauh lebih ramah lingkungan dan mudah terurai di udara. Gas ini tidak merusak lapisan ozon, serta tidak menimbulkan partikel halus (particulate matter) maupun nitrogen oksida (NOx).
Dengan sifat tersebut, penggunaan DME dinilai lebih aman bagi kesehatan manusia dan lebih berkelanjutan bagi bumi.
Salah satu keunggulan utama DME adalah dampak lingkungannya yang jauh lebih rendah. DME mudah terurai di udara, tidak merusak lapisan ozon, serta mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 20% dibandingkan LPG.
Jika penggunaan LPG menghasilkan 930 kg CO₂ per tahun, maka penggunaan DME hanya sekitar 745 kg CO₂ per tahun. Selain itu, pembakaran DME tidak menghasilkan sulfur, partikulat (PM), maupun nitrogen oksida (NOx), sehingga jauh lebih aman bagi kesehatan dan kualitas udara.
Kualitas Pembakaran dan Uji Coba di Indonesia
Secara teknis, nyala api DME lebih biru dan stabil, serta mudah dikendalikan. Bahkan, hasil uji coba menunjukkan kompor DME mudah dinyalakan dan aman digunakan di rumah tangga.
Kementerian ESDM melalui Balitbang ESDM telah melakukan uji coba penggunaan DME 100% di berbagai wilayah, antara lain:
• Kota Palembang dan Muara Enim (Sumatera Selatan) pada Desember 2019 – Januari 2020 kepada 155 kepala keluarga.
• Kecamatan Marunda, Jakarta pada tahun 2017 kepada 100 kepala keluarga, dengan variasi campuran DME 20%, 50%, hingga 100%.
Hasil uji menunjukkan bahwa masyarakat dapat menerima penggunaan DME dengan baik, meskipun waktu memasak sedikit lebih lama, sekitar 1,1–1,2 kali dibandingkan LPG.
Proyek penggantian LPG ke DME kini tengah disiapkan oleh pemerintah bersama sejumlah perusahaan energi nasional, termasuk PT Pertamina (Persero). Rencana ini menjadi bagian dari strategi kemandirian energi nasional, mengingat lebih dari 70% kebutuhan LPG Indonesia masih impor.
Dengan pemanfaatan DME yang bisa diproduksi dari batubara, biomassa, dan limbah organik, Indonesia berpotensi menghemat devisa dan mengurangi ketergantungan energi impor secara signifikan.
Dimethyl Ether (DME) hadir sebagai energi alternatif bersih dan efisien untuk menggantikan LPG di Indonesia. Selain memiliki karakteristik serupa, DME juga lebih ramah lingkungan, tidak beracun, dan tidak mengandung sulfur.
Dengan hasil uji coba yang positif dan dukungan infrastruktur yang sudah ada, DME berpotensi besar menjadi bahan bakar masa depan rumah tangga Indonesia — lebih hemat, bersih, dan berkelanjutan.
