Bazar Kampung Kuliner Ketawanggede: Ekonomi Kerakyatan Menguat, Sosok Ibu dan KMP Jadi Penggerak Utama
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Yunan Helmy
21 - Dec - 2025, 02:16
JATIMTIMES - Bazar Kampung Kuliner Ketawanggede bukan sekadar agenda rutin warga, melainkan representasi konkret ekonomi kerakyatan yang tumbuh dari, oleh, dan untuk masyarakat. Hal tersebut kembali tercermin dalam pelaksanaan Pekan Ke-118 Bazar Kampung Kuliner Ketawanggede yang digelar di wilayah RW 02, Minggu (21/12/2025).
Momentum peringatan Hari Ibu memberi makna tersendiri karena mayoritas penggerak ekonomi dalam kegiatan ini justru datang dari peran aktif kaum ibu.
Baca Juga : MBG Tetap Disalurkan saat Libur Sekolah, Ini Skema Pembagiannya
Bazar yang telah berlangsung secara konsisten selama lebih dari tiga tahun ini menghadirkan sekitar 80 stan UMKM warga. Beragam produk ditawarkan, mulai dari kuliner tradisional dan kekinian, kebutuhan pokok, hingga sandang dan mainan anak. Konsep pasar murah menjadi salah satu daya tarik utama, dengan penyediaan sembako seperti beras, minyak goreng, gula, dan telur dengan harga terjangkau. Setiap transaksi belanja senilai Rp10 ribu dan kelipatannya juga disertai hadiah langsung, sebagai bentuk stimulus belanja warga.

Ketua RW 02 Ketawanggede Firman Qusnul Arif menjelaskan bahwa bazar ini dirancang sebagai instrumen penguatan ekonomi rakyat, bukan sekadar kegiatan seremonial. Prinsip dasarnya adalah menjaga daya beli warga sekaligus memastikan roda ekonomi lokal tetap berputar secara sehat.
“Konsepnya sederhana, bagaimana warga bisa mendapatkan kebutuhan pokok dengan harga terjangkau, sementara UMKM tetap berjalan. Subsidi sembako kami kelola sendiri, dengan dukungan dewan untuk beras dan kontribusi warga untuk komoditas lain seperti telur,” ujar Firman.

Program sembako murah ini telah berjalan sekitar dua bulan dan direncanakan berlanjut hingga bulan Ramadan. Bahkan, khusus Ramadan mendatang, bazar akan digelar secara penuh selama satu bulan. Dari sisi ekonomi, perputaran dana dalam satu kali siklus pengadaan barang mencapai Rp10–15 juta. Sementara total transaksi mingguan berkisar antara Rp20–50 juta.
Bazar Kampung Kuliner Ketawanggede sendiri mulai digagas pascapandemi Covid-19 sebagai respons atas stagnasi ekonomi warga. Dalam perkembangannya, bazar ini dikelola secara mandiri. Seluruh pelaku UMKM difasilitasi tanpa pungutan biaya stan. Sementara kebutuhan operasional seperti kebersihan ditanggung bersama melalui mekanisme internal warga.

“Ekonomi kerakyatan itu bukan soal margin keuntungan besar, tetapi soal keberlanjutan. Selama warga terbantu dan UMKM bisa bertahan, program ini akan terus kami jaga,” kata Firman.
Dampak ekonomi bazar juga dirasakan langsung oleh Koperasi Merah Putih (KMP) Ketawanggede. Ketua KMP Ketawanggede Budi Santoso menyebut bahwa selama sekitar sembilan pekan terakhir, bazar telah menjadi ruang strategis bagi penguatan koperasi.
“Dari sisi penjualan dan keanggotaan, progresnya sangat terasa. Setiap event bazar, omzet KMP bisa mencapai Rp4–6 juta. Ini sangat membantu keberlangsungan koperasi,” ujarnya.
Menurut Budi, penetapan harga dilakukan secara adaptif mengikuti harga pasar. Namun, pada momen tertentu seperti peringatan Hari Ibu, harga dibuat lebih rendah agar manfaat ekonomi dapat dirasakan lebih luas oleh warga.

Bazar Kampung Kuliner Ketawanggede digelar rutin setiap pekan. Di luar agenda bazar, KMP tetap membuka layanan harian pada Senin hingga Kamis, pukul 09.00–15.00 WIB, termasuk layanan pengantaran gratis khusus bagi warga Ketawanggede.
Baca Juga : Bibit Siklon 93S Berpeluang Jadi Siklon Tropis, Ini Wilayah yang Terdampak
Momentum Hari Ibu dalam pelaksanaan bazar kali ini mempertegas peran strategis perempuan, khususnya ibu-ibu, dalam menggerakkan ekonomi lokal. Sejumlah besar UMKM yang terlibat dikelola oleh ibu rumah tangga, mulai dari usaha kuliner, produk olahan tradisional, hingga kebutuhan harian. Mereka tidak hanya menjadi pelaku usaha, tetapi juga tulang punggung ekonomi keluarga.
Firman menambahkan, bahwa penguatan UMKM perempuan dilakukan melalui pendekatan pendampingan bertahap. Ibu-ibu didorong untuk meningkatkan kualitas produk, pengemasan, hingga keberanian memasuki pasar.
“Kami lakukan pendampingan, semacam inkubasi. Ketika mereka sudah siap dan punya pasar sendiri, kami dorong untuk mandiri. Banyak ibu-ibu yang sekarang sudah bisa menopang ekonomi keluarga dari usaha ini,” ujarnya.
Saat ini, bazar melibatkan partisipasi warga dari lima RW di wilayah Ketawanggede. Dengan pola pengelolaan berbasis gotong royong, kepercayaan, dan orientasi sosial, Bazar Kampung Kuliner Ketawanggede menjadi contoh praktik ekonomi kerakyatan yang tidak hanya menjaga stabilitas ekonomi warga, tetapi juga mengakui peran penting ibu sebagai penggerak utama ekonomi keluarga dan komunitas.
Melalui kegiatan ini, Ketawanggede menegaskan bahwa ekonomi rakyat dapat tumbuh berkelanjutan ketika dikelola secara inklusif, berpihak pada kebutuhan warga, dan memberi ruang luas bagi peran perempuan dalam pembangunan ekonomi lokal.
